bagaimana cara VOC menyikapi aktivitas beberapa kerajaan lokal dan penguasa pribumi di nusantara
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban diahviolin
Kelas: XII
Mata pelajaran: Sejarah
Materi: Penjajahan Belanda
Kata kunci: Devide et impera
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan dua jawaban:
Jawaban pendek:
Cara VOC menyikapi aktivitas beberapa kerajaan lokal dan penguasa pribumi di nusantara adalah dengan menerapkan politik devide et impera atau politik pecah belah.VOC akan memberi dukungan militer dan keuangan kepada kerajaan yang mau bekerjasama dan menyetujui monopoli VOC dan menghancurkan kerajaan yang menolak bekerja sama dan menolak monopoli, dengan serangan dimana VOC dibantu oleh kerajaan lokal yang mau bekerjasama tadi.
Jawaban panjang:
Politik devide et impera, adalah politik memecah belah dan menaklukkan yang diterapkan penjajah Belanda.
Politik ini dilakukan VOC dengan mendukung salah satu dari pihak yang bertikai diantara kerajaan di Indonesia. VOC akan membantu pihak ini dan sebagai gantinya VOC akan mendapatkan wilayah kekuasaan dan monopoli perdagangan.
Devide et impera terhadap bangsa Indonesia berdampak perpecahan di bangsa Indonesia, dan takluknya bangsa Indonesia di bawah penjajahan Belanda, meskipun saat itu Belanda melalui VOC hanya memiliki sedikit pasukan di Indonesia.
Ketika Belanda pertama kali datang di Indonesia, jumlah mereka sangat kecil dan hanya mampu menguasai beberapa pos dagang dan benteng di Ambon dan kemudian Batavia (Jakarta).
Namun dengan politik pecah belah, VOC berhasil menggunakan cara membantu satu pihak bertikai untuk mengalahkan pihak lain yang menentang monopoli VOC dan menghalangi perluasan kekuasaanya.
Dengan politik ini, VOC mampu mengalahkan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara dengan memanfaatkan perang saudara atau permusuhan antara kerajaan tersebut dengan saingannya.
Contoh devide et impera ini adalah pada Perang Makassar. Belanda berhasil menaklukan Kesultanan Gowa dan kota Makassar pada tahun 1669, setelah mendapat bantuan dari raja Bone, Arung Palakka, yang saat itu berseteru dengan Sultan Hasanudin.
Tentara Belanda saat itu sangat sedikit dan Makassar adalah pusat perdagangan besar yang dilindungi benteng Bongaya yang kuat.
Namun ketika Arung Palakka memihak Belanda, Makassar menghadapi kepungan serangan dua arah, dari laut oleh Belanda dan dari darat oleh Bone, dan akhirnya ditaklukkan.
Belanda akhirnya berhasil menguasai kota Makassar sementara wilayah daratan di pedalaman Sulawesi Selatan dikuasai Arung Palakka.